Hujan Yang Tak Kunjung Turun

Malam membawa segenap perlengkapannya, bulan sempurna menghiasi diikuti jutaan pasukan bintang. Kenangan akan hujan saat itu membawa perasaannya jatuh pada sesosok pria tinggi berpakaian serba seadanya, sepatunya yang dulu terlihat sangat kotor dan rambutnya yang gondrong tak karuan. Ternyata perasaannya belum punah seutuhnya, atau bahkan masih utuh tanpa berkurang sedikit pun. Musimnya sedang kemarau, membawa keringat yang tak kunjung selesai bercucuran, walau malam tiba. Hujan pun sudah lama tak nampak ke bumi. Dulu, pria itu pernah berkata, "jangan pernah menunggu hujan dimusim kemarau jangan pula menunggu jalanan kering disaat hujan sedang deras-derasnya." 
Sekarang aku mengerti, benar, tidak ada gunanya menanti sesuatu yang tidak akan pernah terjadi. Jika aku bisa memutar waktu, ingin saja menjawab, "berarti aku salah, menaruh harap padamu, salah karena terlanjur mengeringkan luka padahal pedang masih terus menusuki tanpa mau berhenti ataupun dihentikan." Setelah itu, pria itu juga pernah bercerita, di bawah atap warung kecil dihiasi percikan air hujan, tentang mimpinya, sangat luar biasa. Dan memang benar-benar setinggi langit. "Kamu tahu sya? Mimpi yang satu ini mungkin tidak akan pernah terwujud, mimpi yang dari pertama kali aku bertemu denganmu aku langsung ingin membaginya kepadamu." 
Waktu itu aku bingung, tidak terbayang kamu akan melanjutkan dengan kata-kata yang begitu sulit aku tebak, "mimpinya itu, bisa terus bersamamu, menua denganmu, mempunyai jagoan-jagoan cilik bersamamu, dan membuatmu terus tersenyum tanpa bersedih sedikitpun. Sulit, ya?" Katanya begitu. Aku hanya bisa menjawab dengan sedikit gelengan kepala sambil mengulum senyum yang tak ingin lepas sampai kapanpun. 
Sampai akhirnya kamu melepas mimpimu itu, mimpi yang kalo tahu begini lebih baik tidak pernah aku dengar, "aku melepasmu." 

Komentar

Postingan Populer